Senin, 08 Desember 2008

Mukadimah ...

Dengan lagu seruling bambu menyampakan kisah pilu perpisahan. Tuturnya, " sejak aku terpisah dengan asal usulku, pokok bambu yang rimbun, ratapku membuat lelaki dan wanita mengaduh.

Kuingin sebuah dada koyak sebab terpisah jauh dari orang yang dicintai.

Dengan demikian, dapat kupaparkan kepiluan berahi cinta. Setiap orang yang hidup jauh dari kampung halamannya akan merindukan saat-saat tatkala dia masih berkumpul dengan sanak keluarganya.

Nada-nada senduku senantiasa kunyanyikan dalam setiap majelis pertemuan, aku duduk bersama mereka yang riang dan sedih.

Rahasia laguku tidak jauh dari asal-usul ratapku. namun, apakah ada telinga yang mendengar dan mata melihat ?.

Tubuh tak terdingdig roh, pun roh tak terdingding dari tubuh, namun, tak seorang diperbolehkan melihat roh.

Bunyi seruling yang riuh ialah kobaran api, bukan desir angin yang berhembus; mereka tak mempunyai api, akan sia-sia hidupnya.

Inilah api cinta yang tersembunyi dalam seruling bambu, inilah bara semangat cinta yang dikandung anggur.

Seruling adalah sahabat mereka yang terpisah dari sahabat karibnya: lagunya menyayat kalbu.

Siapa orang yang melihat racun dan obat penawarnya sekaligus seprti seruling ? siapa yang pernah menyaksikan orang berkabung dan pecinta menuturkan rindu dendamnya seperti seruling ?

Seruling menyanyikan kisah jalan tergenang darah dan menyingkap lagi rindu dendam majenun.

Hanya untuk mereka yang tidak mengerti pemahaman dan kepahaman disampaikan : lidah tak mempunyai pelanggan selain telinga.

Dalam pilu hari-hari hayat kami berlaku tak kenal waktu, hati-hati kami berjalan bersama kepiluan membara.

Kalau kami mesti pergi, biarlah ia pergi ! kami tidak peduli. kekallah kau, sebab tidak kekudus kau.

Mereka tidak puas pada air-Nya bukanlah ikan : mereka tidak punya roti untuk makan sehari-hari akan merasa betapa lamanya detik-detik waktu berlalu.Tidak ada barang mentah yang mengerti makna kemasak.

Karena itu, kini kuringkas kata-kataku selamat tinggal !.

Anakku, patahkan belenggu yang mengikatmu dan bebaskan dirimu ! berapa lama kau akan terikat pada emas dan perak.

Apabila air laut kau tuang kedalam kendi, berapa teguk yang dapat kau tampung ? Paling-paling hanya cukup untuk minum sehari.

Kendi itu, mata yang tak pernah kenyang itu, tak akan pernah penuh : Ingatlah, kerang tidak akan berisi mutiara sebelum dirinya penuh.

Dia yang meminjamkan jubahnya dengan rasa cinta akan bersih dari ketamakan dan kekurangan.

Selamat datang, O, cinta yang memberikan keberuntungan indah--- kaulah tabib segala sakit kami, pemulih keangkuhan dan kesombongan, Filosof dan Dokter kami.

Dengan cinta, tubuh tanah liat ini dapat terbang ke angkasa raya, mikraj: gunung menari dan tangkas gerakanya.

Cinta menurunkan ilham kepada gunung sinai mabuk dan ' Musa jatuh pingsan' .

Apabila aku mengikuti bibir yang sehaluan denganku, aku akan seperti seruling, manajamkan semua yang dapat kutajamkan.

Tetapi, dia yang dipisahkan darinya akan membisu, walaupun tahu syair dan gurindam.

Apabila mawar pergi dan taman lenyap, kisah burung bulbul tak akan terdengar lagi olehmu.

Ke kasih ialah segala-galanya, dan pecinta adalah tabirnya. Kekasih ialah hidup dan pecinta itu mati. Kalau cinta tak memedulikan, jadilah dia burung tanpa sayap.

Bagaimana kesadaran ada didepan dan samping, jika cahaya kekasihku tidak ada di depan dan disampingku ?.

Cinta ingin dunia ini dijelmakan: jika cermin tak memantulkan bayangan, apa sebabnya ? Taukah kau mengapa cermin jiwa tak memantulkan satupun bayangan ? karena karatnya tak pernah dibersihkan....

Oh. sahabat, dengar kisah ini : hanya dalam kebenaran sumsum kepribadian roh kami terkandung.


Matsnawi,
Jalaluddin Rumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar